Ahlan wa Sahlan,  Terima kasih telah berkunjung  |  SMP IT Al-Fatah 
Select Menu
Select Menu

Favourite

Tentang SMP IT Al-Fatah

Dunia Islam

Palestina

Al-Quran

Inspirasi

Aktifitas Siswa

Hidup Sehatحياة الصحية

Sejarah

Video Pilihan

Skuad Timnas U 19, Jakarta (Jaringnews/ Dwi Sulistyo)
Skuad Timnas U 19, Jakarta (Jaringnews/ Dwi Sulistyo)


Ibadah umrah akan menjadi tradisi  bagi timnas jika berhasil meraih prestasi.

 JAKARTA, Jaringnews.com - Ketua Badan Tim Nasional (BTN), La Nyalla Mattalitti memohon doa dan dukungan kepada masyarakat sepakbola Indonesia untuk keberangkatan Timnas U-19 melaksanakan ibadah umrah ke tanah suci Mekah.

Evan Dimas Dkk  akan berangkat dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (01/04) pukul 11.45 WIB.

"Mohon doa restunya, Insya Allah besok Timnas U-19 akan umrah sampai tanggal lima," kata La Nyalla Mattalitti, Senin (31/03).

Lanjutnya, keberangkatan Evan Dimas Dkk umrah adalah janji BTN ketika Garuda Muda turun diperhelatan Piala AFF beberapa waktu yang lalu. Garuda Muda berhasil menjuarai Piala AFF U-19 setelah dipertandingan terakhir mengalahkan Vietnam.

"Ini hajat kita, ketika Piala AFF U-19. lalu, saya sedang umrah. Saat itu terbesit dalam hati saya untuk mengajak mereka Umrah," ujarnya.

La Nyalla menegaskan, ibadah umrah akan menjadi tradisi  bagi timnas jika berhasil meraih prestasi.

"Saya tidak akan membeda-bedakan timnas semua level mempunyai kesempatan umrah.  Bagi yang muslim saya akan memberikan uangnya saja," ungkapnya.

Rencananya, pada pukul 16.00 WIB nanti, PSSI akan melepas keberangkatan umrah timnas U-19 di Kantor PSSI, Senayan, Jakarta.
(Nps / Nvl)
Kalender Akademik SMP IT Al-Fatah Minas


Masker sudah tidak dapat menolong warga dari tebalnya kabut asap - Foto: fokusriau.com
Masker sudah tidak dapat menolong warga dari tebalnya kabut asap – Foto: fokusriau.com

Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugorho menyebutkan, lebih dari 55 ribu warga Riau menderita berbagai macam penyakit akibat kabut asap. Sebagian besar dari mereka menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

“Hingga kini 55.422 jiwa terkena penyakit akibat asap di Riau, yaitu 48.390 ISPA, 911 pneumonia, 1.872 asma, 2.481 iritasi kulit, dan 1.768 mata,” beber Sutopo seperti ditulis dalam akun Twitternya, @Sutopo_BNPB.

Ia menambahkan, asap yang menyelimuti Riau bukan hanya dari hasil kebakaran hutan dan lahan, melainkan kiriman dari Malaysia. Kondisi tersebut memperburuk kondisi di Bumi Lancang Kuning itu.

Upaya pemadaman dengan water bombing dan modifikasi cuara pun terhambat dengan jarak pandang yang sangat minim untuk penerbangan.

“Pesawat Cassa untuk hujan buatan dan delapan helikopter untuk water bombing tidak bisa terbang karena visibility hanya 300 meter di Riau,” ucapnya.

Sutopo menambahkan, selain pemadaman melalui udara, upaya yang dilakukan agar kebakaran lahan ini tidak terjadi lagi adalah dengan penegakan hukum. Diharapkan, penegakan hukum bisa memberikan efek jera kepada pihak manapun yang menggunakan cara instan untuk membuka lahan, yakni dengan cara dibakar.

“Cagar Biosfer Giam Siak Kecil rusak akibat illegal logging yang masif. Satgas penegakan hukum tangani 37 kasus, 39 tersangka, 7 penyelidikan, 30 penyidikan. Lima orang (masih) DPO terkait pembakaran hutan lahan di Riau,” paparnya. (okezone/sbb/dakwatuna)

Kabut asap yang menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau - Foto: pekanbaru.go.di
Kabut asap yang menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau – Foto: pekanbaru.go.id

Riau - Kabut asap di wilayah Riau telah menyebabkan sedikitnya 49.000 orang menderita iritasi pernapasan di Pekanbaru dan sekitarnya, sehingga seorang dokter merekomendasikan agar warga yang beresiko untuk dievakuasi.

“Idealnya harus dievakuasi, terutama masyarakat yang beresiko terutama anak-anak, bayi, ibu hamil dan manusia lanjut usia,” kata Dokter Azizman Saad, dokter spesialis paru di RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru, Riau, kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Kamis (13/03) siang.

Menurutnya, evakuasi ini mendesak dilakukan karena kualitas udara di wilayah Riau dan sekitarnya sudah masuk kategori “membahayakan”.

“Karena fatal akibatnya. Udara bersih (di Pekanbaru dan sekitarnya) tidak ada lagi,” kata Azisman.
Dia mengatakan, gejala umum yang terlihat dari warga yang mengalami iritasi pernapasan yaitu berupa batuk-batuk, pilek, sesak napas hingga sakit kepala.

“Kalau dibiarkan, ini mengkhawatirkan sekali. Bisa tambah parah sakitnya, radang paru dan juga bisa keracunan oksigen,” jelasnya.

“Idealnya harus dievakuasi, terutama masyarakat yang beresiko terutama anak-anak, bayi, ibu hamil dan manusia lanjut usia.”

Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Kamis (13/03) mengatakan, kondisi kualitas udara di wilayah Pekanbaru dan sekitarnya “sudah pada level berbahaya.”

Data BNPB juga menyebutkan, sebanyak 49.591 orang di wilayah Riau menderita penyakit akibat asap seperti ispa, pneumonia, asma, iritasi mata dan kulit.

Pekan lalu, Dinas Kesehatan Riau melaporkan, ada peningkatan angka korban yang mengalami iritasi pernapasan dan gangguan lainnya akibat kabut asap dalam beberapa pekan terakhir, terutama di Pekanbaru.

 

Peningkatan angka korban

Menurut BNPB, dampak pembakaran lahan dan hutan di wilayah Riau makin meluas.
“Hampir keseluruhan wilayah di Riau dan Sumatera Barat tertutup kabut oleh kabut asap,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan persnya.

Menurutnya, arah angin yang dominan dari timur laut ke barat daya, membawa asap menyebabkan asap meluas.

Sejauh ini, menurutnya, ada 46 titik api yang terpantau satelit NOAA18 serta ada 137 titik api dari satelit Modis ada 137 titik di wilayah Riau.

“Titik api ini lebih rendah dibandingkan dengan data sehari sebelumnya,” ungkapnya.
Terkait upaya penegakan hukum dalam kasus kebakaran hutan dan lahan, menurut BNPB, mereka telah menurunkan 582 personil polisi dan otoritas terkait.

Menurut BNPB, untuk mengatasi bencana asap di Riau, Jumat pagi (14/3) besok, akan dikerahkan pesawat Hercules C-130 untuk melakukan “modifikasi cuaca”.

“Selain itu juga akan dioperasikan enam unit ground based generator sistem sprayer di bandara SSK II Pekanbaru untuk mengurangi kepekatan asap sehingga jarak pandang di bandara diharapkan dapat lebih baik dan penerbangan dapat dilakukan,” kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya. (BBC Indonesia/sbb/dakwatuna)


Kabut Asap Mengkhawatirkan - Dok Detikcom
                    
     
Pekanbaru - Kabut asap Riau telah menempatkan polusi udara pada level 'berbahaya'. Buat standar kesehatan, Riau sudah tidak untuk dihuni.

Hal itu disampaikan dr Azizman Saad, Spesialis Paru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (11/3/2014). Menurutnya, bila mengacu pada standar kesehatan internasional, maka seluruh warga Riau harus diungsikan. Ini karena udaranya sudah tidak layak untuk dihirup.

"Imbas dari kebakaran hutan itu udara terpapar C02 dan partikel metan serta banyak partikel lainnya. Tingkat oksigen udara menurun drastis dari batas normal 20,93 persen. Saat ini udara yang kita hirup tidak murni lagi oksigen," kata Azizman.

Persoalannya, lanjut Azizman, pemerintah tidak mungkin mengungsikan penduduk Riau yang jumlahnya jutaan orang.

"Kalau standar kesehatannya, ya memang kita ini harus mengungsi. Karena kondisi udara kita sudah berbahaya untuk kesehatan. Ini tidak main-main," kata Azizman.

Efek buruk jangka pendek buat kesehatan karena asap, maka masyarakat terserang ISPA, iritasi, mata, dan asma. Namun jangka panjangnya, maka 10 tahun mendatang, atau ketika masyarakat memasuki usia di atas 40 tahun, maka kondisi tubuhnya akan rentan penyakit.

"Tak hanya itu, kondisi tubuh akan mudah letih. Sekarang, mungkin ketika tubuh masih kuat, usai muda, masih tahan. Namun ketika di usia 40 tahun keatas, barulah tubuh ini rentan, dan penyakit paru menghantui seluruh masyarakat Riau," kata Azizman.

Karenamasyarakat tidak bisa diungsikan secara massal, maka pemerintah harus secepat mungkin memadamkan lahan yang terbakar. Kian lama penanganannya, kian lama juga masyarakat terserang penyakit.

Sudah sebulan ini Riau dikepung asap pekat. Terdata 44 ribu jiwa masyarakat terserang penyakit gara-gara asap.

Ratusan mahasiswa di universitas Samratulangi Manado saling serang. Belasan gedung perkuliahan hancur dan puluhan sepeda motor dibakar. Saksikan liputan lengkapnya dalam program "Reportase Malam" pukul 02.51 WIB hanya di Trans TV

(cha/try/detik.com)


 Oleh Hj. Mahmudah, M.Pd.
 
Seorang anak yang berumur 4 tahun meminta izin kepada orang tuanya untuk ke kamar mandi di rumah bibinya. Tetapi, ibunya tidak memenuhi permintaannya, hingga ia mengulangi meminta izin. Dan, berulang kali pula ibunya tidak mengizinkan sampai anak itu kencing di celananya. Namun, ibunya malah membiarkannya dan meminta orang-orang di rumah untuk menertawakan anak kecil yang malang tersebut.
 
Salah seorang anak menceritakan tentang perasaan malunya kepada temannya bahwa gurunya berkata kepadanya ketika jam pelajaran olah raga. “Kenapa kamu duduk begitu seperti sedang buang air besar?”
Tindakan orang tua (di rumah) dan guru (di sekolah) di atas tidak dibenarkan, karena telah mempermalukan (melukai perasaan) anak di depan orang banyak. Hindarilah tindakan mempermalukan anak di depan umum. Alih-alih meluruskan perilaku anak, tapi justru anak akan kembali mengulangi kebiasaan buruknya. Anak akan merasa sudah terlanjur dipermalukan, jadi sekalian dilanjutkan kebiasaan buruknya.
 
Sesungguhnya perasaan dipermalukan akan menjadikan anak semakin “nakal” sehingga menyebabkan kedua orang tuanya di rumah kewalahan menghadapi, dan gurunya di sekolah sulit mengendalikannya.
 
Rasulullah SAW melarang seseorang merendahkan atau mencaci orang lain. “Mencaci seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah sebuah kekafiran.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah).
 
Dalam hadits yang lain, “Jagalah diri dari neraka meski dengan satu belah korma, seandainya tidak menemukannya, maka dengan perkataan yang baik.” (HR Bukhari-Muslim).
Dalam sabdanya yang lain, “Tidaklah termasuk seorang mukmin orang yang suka mencaci, melaknat, berkata keji, dan menyakitkan.” (HR Tirmidzi).
 
Rasulullah SAW pernah menasehati Mu’adz bin Jabal, “Apa lagi yang membuat orang ditarik mukanya di neraka kalau bukan akibat dari lidah mereka.” (HR Tirmidzi).
 
Oleh karena itu, wahai para orang tua dan guru, “Berkatalah kepada manusia dengan perkataan yang baik.” (QS Al-Baqarah [2]: 83).
 
Mulai detik ini, mari kita perbaiki cara mendidik kita agar upaya menyiapkan generasi unggul dapat terwujud. Semoga.[HK]